-->
BLANTERWISDOM101

Mantra Sakti Pak Gede Puutra

Saturday, March 28, 2020



Pak Gede  Putra adalah seorang guru Sekolah Dasar, anak seorang petani  yang berasal dari Bali dan baru sebulan bertugas di Merauke. Di Merauke Pak Gede Putra ditempatkan daerah pedalaman, daerah  terpencil  yang sangat terisolir. Sarana transportasi  yang tersedia masih menggunakan perahu. Karena daerah itu itu dikelilingi sungai-sungai  dan hutan rimba yang sangat lebat. Di daerah itu hampir semua  penduduknya masih buta huruf, tidak bisa baca tulis. 

Tentu saja kehadiran Pak Gede Putra disambut dengan antusias oleh masyarakat di desa itu.
Pak Gede Putra untuk sementara  tinggal di perumahan yang ada di kantor kepala desa. Pak Gede Putra orangnya sangat ramah sehingga segera akrab dengan masyarakat di sekitarnya.  Setiap hari ada saja masyarakat yang datang ke rumah Pak Gede Putra untuk sekedar ngobrol atau ada juga yang datang untuk mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara bercocok tanam yang benar. Tentu saja Pak Gede Putra dapat membagi pengetahuannya karena di Bali ia juga sudah terbiasa membantu orang tuanya menggarap sawah.

Karena ia sering membantu masyarakat Pak Gede Putra dianggap serba tahu dan  jadi sangat dihormati desa itu. Terlebih lagi murid-muridnya di sekolah. Mereka sangat senang diajarkan menulis, membaca, berhitung dan menggambar. Murid-murid Pak Gede Putra menganggapnya sebagai guru yang menguasai berbagai keahlian.

Sampai  pada suatu hari sore David  anak Merauke yang masih duduk di kelas 5 SD  datang menemui Pak Gede Putra di rumahnya. David  datang  dengan berlari-lari sambil menangis.

Gede: “Ada apa David? Mengapa kau lari-lari sambil menangis?”

David: “Tolong  saya pak… Anjing kesayangan saya sakit”.

Gede: “Dimana anjing mu?”

David: “Ada di rumah pak. Kasihan sudah beberapa hari ia tidak mau makan dan keadaannya sudah sangat lemah”

Gede: “Baiklah mari kita lihat keadaannya”

Sesampainya di rumah David,  Pak Gede Putra melihat keadaan anjing itu sudah sangat parah. Pak Gede Putra tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Karena ia tidak memiliki pengetahuan untuk mengobati anjing yang sakit. Tapi agar David tidak kecewa Pak Gede Putra minta diambilkan segelas air putih lalu memegang  kepala anjing itu sambil berkata dalam bahasa Bali.

“Hei… Cicing…. Yening  cai mekite urip encol lah seger.  Nanging yening cai mekite mati encol lah mati”

Selesai mengatakan itu ia menyemburkan air putih  dari mulutnya ke kepala anjing itu sebanyak tiga kali. David mendengarkan semua yang diucapkan Pak  Gede Putra dengan seksama dan diam-diam menghapalkannya dalam hati. Karena tidak mengerti Bahasa Bali, David mengira Pak Gede Putra membacakan mantra-mantra sakti  untuk mengobati anjingnya.

Lima  hari kemudian David datang ke rumah Pak Gede Putra melaporkan bahwa anjingnya sudah sembuh. David  membawa makanan sambil  mengucapkan terima kasih karena anjingnya sudah sembuh dan sudah mau makan lagi seperti biasa. Pak Gede Putra tentu saja terkejut dan menganggap itu hanya kebetulan belaka karena ia tidak melaukan apa-apa.
Tapi tidak demikian halnya  dengan David, kekagumannya kepada Pak Gede Putra semakin bertambah karena ia mengangggap selain sebagai guru yang pintar mengajarkan murid-muridnya baca tulis hitung dan menggambar, Pak Gede Putra juga orang sakti yang bisa meneyembuhkan penyakit dengan mengucapkan mantra-mantra sakti.

Tiga hari kemudian  Pak Gede Putra tidak berangkat sekolah untuk mengajar karena sakit. Mendengar berita itu David segera ke rumah Pak Gede Putra sambil membawa air putih dan menempelkan tangannya ke kepala Pak Gede Putra sambil berkata: “Hei… Cicing…. Yening  cai mekite urip encol lah seger.  Nanging yening cai mekite mati encol lah mati”

Mendengar kata-kata David  itu, Pak Gede Putra terkejut dan tertawa. Seketika itu juga Pak Gede Putra langsung sembuh.
Share This :

0 komentar

Adnow3

loading...